NGEDUM KARANG, JAJAR WAYANG, CERAKI : MEMBEDAH KERJA DESAIN PADA SENI LUKIS WAYANG KAMASAN
Abstract
ABSTRACT
Wayang Kamasan paintings are categorized as classical art which depicts narratively the stories in literature in the form of songs, kakawin, palalintangan, geguritan, Balinese calendar, and others. Many people then assume that the absence of changes to the Kamasan puppet painting so that when we enjoy it we often ignore the details of the painting especially the complicated work process. By understanding the work process of the creation of Kamasan puppet painting, we will find the terms ngedum karang, jajar wayang, ceraki, which are the main issues in the discussion. The three processes are the initial processes in which more dominant design work is applied. The design work in the process of painting Kamasan puppets was dissected through the building of cliché theory proposed by Deleuze with descriptive analytic research methods. The three processes with local terms are a combination of interpretations of literary works, the application of design reasoning in the design process to being represented on canvas media. This process is called cliché, representation of ideas and ideas from the mind into other media, namely canvas.
Keywords: ngedum karang, jajar wayang, ceraki, Kamasan
ABSTRAK
Lukisan wayang Kamasan dikategorikan sebagai seni rupa klasik yang melukiskan secara naratif cerita di dalam sastra berupa kidung, kakawin, palalintangan, geguritan, kalender Bali, dan lainnya. Banyak orang yang kemudian beranggapan bahwa absennya perubahan pada lukisan wayang Kamasan sehingga ketika menikmatinya sering sekali kita mengabaikan detail-detail dari lukisan tersebut apalagi proses kerja yang rumit. Dengan memahami proses kerja dari penciptaan seni lukis wayang Kamasan maka kita akan menjumpai istilah ngedum karang, jajar wayang, ceraki yang menjadi pokok permasalahan pada pembahasan. Tiga proses tersebut adalah proses awal yang di dalamnya lebih dominan menerapkan kerja desain. Kerja desain dalam proses melukis wayang Kamasan tersebut dibedah melalui bangunan teori klise yang dilontarkan oleh Deleuze dengan metode penelitian deskriptif analitik. Tiga proses dengan istilah lokal tersebut merupakan gabungan antara interpretasi karya sastra, penerapan nalar desain pada proses perancangan hingga direpresentasikan ke media kanvas. Proses inilah yang dinamakan klise, representasi ide dan gagasan dari pikiran ke dalam media lain yaitu kanvas.
Kata kunci: ngedum karang, jajar wayang, ceraki, klise, Kamasan
Downloads
References
Hardiman, Dewa Gede Purwita, I Made Susanta Dwitanaya. 2018. Kosa Rupa Bali (naskah buku belum terbit). Undiksha Singaraja.
Munandar, Agus Aris. 2011. Catuspatha Arkeologi Majapahit. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Primadi, Tambrani. 2012. Bahasa Rupa. Bandung: Penerbit Kelir.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV ALFABETA.
Vickers, Adrian. 2012. Balinese Painting and Drawing of Bali 1800-2010. Singapore: Tuttle Publishing.
Hariani Santiko. “Candi Penataran: Candi Kerajaan Masa Majapahit”.2012. hlm.22 https://jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/indek.php/kalpataru/article/view/103/67 diakses pada tanggal 22 Januari 2019
Copyright (c) 2019 Dewa Gede Purwita Purwita
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.