REPRESENTASI HYBRID: KARAKTERISTIK DESAIN GERBANG TEMPAT IBADAT TRI DHARMA DI BALI

  • Freddy Hendrawan Sekolah Tinggi Desain Bali
Keywords: Arsitektur, Bali, Gerbang, Hybrid, TITD

Abstract

Sebagai sebuah etnis minoritas, masyarakat Tionghoa di Bali mempertahankan tradisi klasik yang diwariskan dari leluhur mereka berupa tiga doktrin aliran kepercayaan Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme yang kemudian diekspresikan melalui bangunan Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD). Proses adaptasi dengan budaya Bali diimplementasikan pada gerbang kompleks TITD melalui penggunaan bentuk, warna, material, ornamen dan dekorasi. Paper deskriptif kualitatif ini akan mengambil objek kasus bangunan di Bali dengan mengobservasi karakteristik desain arsitektur pada gerbang kompleks tempat ibadat Tri Dharma, yang kemudian dianalisis berdasarkan bentuk, warna, material, ornamen dan dekorasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa desain gerbang kompleks TITD di Bali memiliki karakteristik hybrid, yaitu penggabungan antara kebudayaan Chinadan Bali.

 

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Aprilia, S., & Murtiningsih, M. (2017). Eksistensi Agama Konghucu di Indonesia. Jurnal Studi Agama, 1(1).
Dewi, A., & Soesanto, A. S. (2005). Pengaruh Kegiatan Berdagang Terhadap Pola-pola Ruang dalam Bangunan Rumah-Toko di Kawasan Pecinan Kota Malang. Dimensi Teknik Arsitektur, 33(1).
Ewing, S. (2003). Traditions of Appearance: Adaptation and Change in Eastern Tibetan Dwellings. Traditional Dwellings and Settlements Review, 15(1), 73-84.
Gelebet, I. N. (1986a). Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar, Bali: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Gelebet, I. N. (1986b). Arsitektur Tradisional Daerah Bali (Balinese Traditional Architecture).
Hermann, E., Klenke, K., Dickhardt, M., & Hauser-Schäublin, B. (2009). Form, Macht, Differenz (pp. 413).
Herwiratno, M. (2007). Kelenteng: Benteng Terakhir dan titik awal perkembangan kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Lingua Cultura, 1(1), 78-86.
Jiang, B. (2014). Chinese Gates of Late Imperial China in the context of Cosmo-religious Rituals. (Electronic Thesis or Dissertation), University of Sheffield. Retrieved from http://ezproxy.deakin.edu.au/login?url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=edsble&AN=edsble.617235&authtype=sso&custid=deakin&site=eds-live&scope=site Available from EBSCOhost edsble database.
Jiat-Hwee, C. (2003). Hybrid modernities and tropical architecture: IN SOUTHEAST ASIA. Docomomo Journal(29), 76-81.
Kustedja, S., Sudikno, A., & Salura, P. (2015). Elaborasi Makna Pintu sebagai Simbol dalam Arsitektur Vernakular Tionghoa, pada Bangunan Klenteng Tua di Pulau Jawa. Zenit, 2(2).
Lip, E. (1994). Feng Shui: A Layman's Guide to Chinese Geomancy: Torrance, CA.: Heian, 1994. 5th ed.
Lip, E. (1995). Feng shui : environments of power : a study of Chinese architecture: London : Academy Editions, 1995.
Lu, D. (2000). The Changing Landscape of Hybridity: A Reading of Ethnic Identity and Urban Form in Vancouver. Traditional Dwellings and Settlements Review, 11(2), 19-28.
Mandasari, F., & Nurini. (2013). Analisis Karakter Kampung Pecinan di Kawasan Perdagangan dan Jasa Peunayong Pusat Kota Banda Aceh. Jurnal Ruang, 1(1).
Paramita, D. S. P. (2008). Konsep Kehidupan Dalam Ruang Pada Kelenteng Sam Kouw Di Surakarta Studi Kasus: Kelenteng T’ien Kok Sie, Kelenteng Poo An Kiong Dan Cetiya Ksiti Garbha. Dinamika Rekayasa, 4(1), 6-15.
Prabhita, M. C., & Christiana, E. (2018). KEGIATAN KEAGAMAAN DAN MAKNA KEBERADAAN KELENTENG TJOE TIK KIONG PASURUAN. Century, 6(1).
Rosiana, M. (2002). Kajian Pola Morfologi Ruang Kawasan Pecinan. (Master), Diponegoro University, Semarang.
Salain, P. R. (2011). Arsitektur Tradisional Bali pada Masjid Al Hikmah di Kota Denpasar (Perspektif Kajian Budaya) (Doctoral), Udayana University, Denpasar, Bali, Indonesia.
Sandhy, W. W., & Christiana, E. (2016). Sikap Umat terhadap Perubahan Bentuk Kelenteng Menjadi Titd dan Perkembangannya di Surabaya. Century, 4(2).
Santoso, G. N. (2017). Akulturasi Budaya Bali-Tionghoa pada Interior TITD Ling Sii Miao Tanah Kilap, Denpasar (Aculturation of Bali-Chinese Culture in Tri Dharma Worship Building Interior, Liing Sii Miao, Tanah Kilap Denpasar). Intra, 5(1), 27-34.
Saraswati, A. (2015). Pamesuan Dalam Arsitektur Bali, Suatu Kajian Teritori Arsitektur Dengan (Peng-) Ungkapan Makna. In Widiastuti (Ed.), Penelitian Kualitatif dalam Arsitektur: Penemuan Jati Diri Melalui Karya Tesis/Disertasi. Denpasar, bali: Udayana University Press.
Saraswati, A. A. O. (2001). Pamesuan: Penerbit Universitas Udayana.
Sari, K. E., & Kurniawan, E. B. (2012). Pelestarian Kawasan Pecinan Kembang Jepun Kota Surabaya Berdasarkan Persepsi Masyarakat. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 38(2), 89-100.
Sha, R., Shi, G., & Chu, S. (1999). Physical Geographical Background of the Culture of Traditional Chinese Residential Architecture. Chinese Geographical Science, 9(1), 26.
Sulistyawati, M. (2008a). Integrasi Arsitektur Tionghoa ke dalam Arsitektur Puri Agung Karangasem. Paper presented at the Integrasi Budaya Tionghoa pada Budaya Bali, Udayana University, Bali.
Sulistyawati, M. (2008b). Integrasi Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya Bali (Sebuah Bunga Rampai): Denpasar: Universitas Udayana.
Susanti, S. (2014). Teologi Buddha Tridharma. (Bachelor), Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Riau, Riau, Indonesia.
Widiastuti, K., & Oktaviana, A. (2012). Wujud Budaya Visual Arsitektur Etnis Tionghoa
di Banjarmasin. INTEKNA, 1.
Published
2019-02-21
How to Cite
Hendrawan, F. (2019). REPRESENTASI HYBRID: KARAKTERISTIK DESAIN GERBANG TEMPAT IBADAT TRI DHARMA DI BALI. SENADA (Seminar Nasional Manajemen, Desain Dan Aplikasi Bisnis Teknologi), 2, 435-442. Retrieved from https://eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/senada/article/view/119
Abstract dilihat 892 kali
FULL TEXT diunduh 741 kali