DISRUPSI KUASA PEMAKNAAN SING BELING SING NGANTEN PADA MEDIA MASSA MELALUI RESPON WARGANET
Keywords:
disrupsi, gender, tekanan sosial, media, pernikahan, warganetAbstract
"Sing Beling Sing Nganten" berarti tidak hamil maka tidak menikah. Fenomena ini merefleksikan disrupsi pemaknaan pernikahan dalam masyarakat Bali yang menganut budaya patrilineal. Konstruksi sosial dan tekanan berjenjang membentuk narasi terkait keberhasilan pernikahan yang ditentukan dari adanya keturunan. Melalui pendekatan kualitatif dan analisis wacana kritis, penelitian ini menelusuri bagaimana media massa dan reaksi warganet di media sosial merevolusi pergeseran makna dari yang awalnya merupakan kesepakatan yang bermuara, seakan, menjadi norma adat menjadi alat negosiasi kuasa dalam relasi gender. Hasil kajian menunjukkan bahwa praktik ini menempatkan perempuan dalam posisi rentan, yang di mana, sering kali menjadi objek tuntutan sosial dan keluarga. Sementara itu, laki-laki memiliki kendali lebih besar dalam menentukan arah relasi pernikahan. Di satu sisi, tekanan berjenjang membuka tabir terkait kuasa melebihi sekedar posisi suami istri dalam membentuk stigma yang di dominasi dari keluarga dan lingkungan desa adat yang memiliki keterkaitan kuat pada pemahaman turun temurun. Baik dari pandangan sosial dan juga literatur adat serta agama. Kali ini, Media Massa dan warganet berperan dalam membuka diskursus baru, memungkinkan kritik terhadap sistem yang telah lama mengakar. Penelitian ini menyoroti urgensi membongkar konstruksi sosial yang menormalisasi praktik ini dan mendorong pemahaman yang lebih setara dalam institusi pernikahan di Bali.
Downloads
References
E. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 2006.
F. A. Cahyani and D. A. Amelda, “Kedudukan Perempuan Hindu dalam Sistem Pewarisan Menurut Hukum Waris Adat Bali,” vol. 3, pp. 448–459, Jun. 2022
A. A. N. B. K. Yudha, “The Discourse Of Resistance Of Balinese Peoples Through Status Writing In Social Media At The Moment Of Pandemic Covid19,” Architecture & Design (IMADe), vol. 1, pp. 354–361, Oct. 2020
A. A. N. B. K. Yudha and R. D. S. Dinata, “Refleksi Situasi Sosial Budaya Masyarakat Bali Melalui Analisa Film Dokumenter Karya Mahasiswa/I IDB Bali,” Journal Of Social Science Research, vol. 3, pp. 3592–3606, May 2023
A. Giddens, Modernity And Self-identity: Self And Society In The Late Modern Age. Cambridge: Polity Press, 1991.
M. Foucault, Power/Knowledge: Selected Interviews and Other Writings 1972-1977. New York: Pantheon Books, 1980.
P. J. Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Belanda: Universitas Negeri Leiden, 1983.
J. Danandjaja, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1986.
K. M. Suhardana, Memaknai Kesejagatan Agama Hindu. Denpasar: PT. Empat Warna Komunikasi, 2006.
K. Sharma, Mengapa? Tradisi dan Upacara Hindu. Surabaya: Paramita, 2007.
G. Jha, “ Manusmriti with the Commentary of Medhatithi,” Wisdom Library. Accessed: Mar. 18, 2025. [Online]. Available: https://www.wisdomlib.org/hinduism/book/manusmriti-with-the-commentary-of-medhatithi/d/doc201510.html
K. Wiana, Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan. Denpasar: Pustaka Manikgeni, 2004.
W. Sudarta, Pola Pengambilan Keputusan Suami-Istri Rumah Tangga Petani pada Berbagai Bidang Kehidupan. Denpasar: Kembang Rampai Perempuan Bali, 2006.
I. G. Pitana, Dinamika Masyrakat dan Kebudayaan Bali. Denpasar: Offset BP, 1994.
Wilasa, “Antara Bangga dan Tabrakan Moral,” Nusabali.com. Accessed: Mar. 18, 2025. [Online]. Available: https://www.nusabali.com/berita/40530/antara-bangga-dan-tabrakan-moral
Diksimerdeka, “KMHDI: ‘Sing Beling Sing Nganten’, Rugikan Kaum Perempuan,” Diksi Merdeka. Accessed: Mar. 18, 2025. [Online]. Available: https://diksimerdeka.com/2021/09/01/kader-kmhdi-sing-beling-sing-nganten-rugikan-perempuan/
A. S. Titisari, “‘Sing Beling Sing Nganten’: Bagaimana Budaya Lokal Di Bali Memaksa Perempuan Menjadi Penghasil Keturunan,” The Conversation. Accessed: Mar. 18, 2025. [Online]. Available: https://theconversation.com/sing-beling-sing-nganten-bagaimana-budaya-lokal-di-bali-memaksa-perempuan-menjadi-penghasil-keturunan-247220
A. S. Titisari, “‘Sing Beling Sing Nganten’, Hak Reproduksi Perempuan dan Budaya Patriarki di Bali,” Konde.co. Accessed: Mar. 18, 2025. [Online]. Available: https://www.konde.co/2025/02/sing-beling-sing-nganten-budaya-patriarki-dan-hak-seksual-reproduksi-perempuan-di-bali/
Beritafajar, “Fenomena Sing Beling Sing Nganten Dalam Perspektif Hukum Dan Perlindungan Terhadap Perempuan,” Berita Fajar Timur. Accessed: Mar. 18, 2025. [Online]. Available: https://beritafajartimur.com/2019/09/08/fenomena-sing-beling-sing-nganten-dalam-perspektif-hukum-dan-perlindungan-terhadap-perempuan/
I. B. A. Susanta, “Sing Beling, Sing Nganten Pemicu Stunting?,” Pos Bali. Accessed: Mar. 18, 2025. [Online]. Available: https://www.posbali.net/denpasar/1422882851/sing-beling-sing-nganten-pemicu-stunting-ini-penjelasannya
A. A. N. B. K. Yudha, “Pembangunan Industri Perfilman Bali Dengan Konsep Bekerja Tulus Ikhlas Khas Kearifan Bali Yang Bernilai Ekonomis,” Denpasar, Apr. 2021.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha, Putu Surya Triana Dewi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.