GAGASAN KONEKTIVITAS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KAWASAN MANDIRI PUSAKA KOTAGEDE, YOGYAKARTA
Keywords:
the idea of connectivity, ecomuseum, TOD, Kotagede, YogyakartaAbstract
Secara posisi kawasan Kotagede berada di antara Yogyakarta dan Surakarta sehingga berperan sebagai hub penghubung Joglosemar. Dilema pengembangan PSN memiliki resiko timbulnya polarization effect jika kegiatan produksi wilayah kuat (perkotaan) bersifat kompetitif dengan produk region lemah. Integrasi aspek pariwisata dengan ekonomi serta budaya menjadi tantangan nyata bagi KCB Kotagede. Dalam konteks Kotagede, ekomuseum telah diterapkan melalui berbagai kegiatan seperti pemetaan sumber daya alam dan budaya, pengembangan program edukasi dan pengembangan komunitas, serta pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan. Sejalan dengan tujuan riset merumuskan relevansi konsep ekomuseum sebagai solusi efektif dalam pengelolaan kawasan pusaka dan merumuskan aplikasi konsep ekomuseum dan pembangunan berorientasi transit menghadapi isu konektivitas pembangunan berkelanjutan. Riset menerapkan pendekatan kualitatif dan berproses secara rasionalistik. Hasilnya berupa gagasan atau ideasi dari dialog konsep konektivitas pembangunan berkelanjutan dengan pendekatan ekosentris sehingga KCB Kotagede dapat menjadi contoh bagi kawasan pusaka lainnya dengan penerapan ekomuseum dan TOD secara holistik.
Downloads
References
2007,” 2007.
[2] A. Terzić, Ž. Bjeljac, A. Jovičić, and I. Penjišević, “Cultural Route and Ecomuseum Concepts as a
Synergy of Nature, Heritage and Community Oriented Sustainable Development Ecomuseum „Ibar
Valley“ in Serbia,” Eur. J. Sustain. Dev., vol. 3, no. 2, pp. 1–16, 2014, doi: 10.14207/ejsd.2014.v3n2p1.
[3] R. P. Hanunnindya, “Revitalisasi Pasar Kotagede,” 2017.
[4] S. Sofian, “Implementasi tod di indonesia,” Jakarta, 2019.
[5] M. Doğan and D. J. Timothy, “Beyond tourism and taxes: the ecomuseum and social development in
the Ak-Chin tribal community,” J. Tour. Cult. Chang., vol. 18, no. 2, pp. 133–149, 2020, doi:
10.1080/14766825.2019.1593994.
[6] H. Fathurrahman Nurul, “Pelestarian Kotagede Sebagai Pusat Pariwisata Heritage Kota Tua Di
Yogyakarta,” Khasanah Ilmu - J. Pariwisata Dan Budaya, vol. 9, no. 1, 2018, doi:
10.31294/khi.v9i1.2805.
[7] P. Sekaringtyas, “Knowledge Dynamics in Indonesian Cultural Industries,” no. January, 2015.
[8] Peraturan Menteri, “Peraturan Menteri ATR/Ka.BPN No. 16 Thn 2017 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit,” 2017.
[9] M. Widianingtias, S. Pramudito, G. Orbita, and I. Cahyandari, “Identifikasi Unsur-Unsur Arsitektural
RumahKalangdiKotagedeYogyakarta,”Arteks J.Tek.Arsit.,vol.5,no.1April2020,pp.39–52,2020.
[10] MadeAlgoEllaisFirlandoandWiyatiningsih,“MempertahankanIdentitasLokalMelaluiPengelolaan Lorong-Lorong Di Kampung Alun-Alun Kotagede,” J. Koridor, vol. 9, no. 2, pp. 292–298, 2018, doi:
10.32734/koridor.v9i2.1370.
[11] M. Doğan, “The ecomuseum and solidarity tourism: a case study from northeast Turkey,” J. Cult.
Herit. Manag. Sustain. Dev., vol. 9, no. 4, pp. 537–552, 2019, doi: 10.1108/JCHMSD-12-2017-0086.
[12] Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Perubahan RKPD DIY Tahun 2015. Yogyakarta: Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015.
[13] M.S.Choi,“ANewModelinanOldVillage:TheChallengesofDevelopinganEcomuseum,”Museum
Int., vol. 69, no. 1–2, pp. 68–79, 2017, doi: 10.1111/muse.12151.
[14] Yudaningrat, “Kotagede masa kini masa depan.”
SENADA | 8
[15] Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, “Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 7 Tahun 2022 tentang Rencana Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2023- 2026,” 2022.
[16] ANTARA. “Menko Airlangga tinjau pembangunan Tol Joglosemar.” Internet:
https://www.antaranews.com/berita/2220962/menko-airlangga-tinjau-pembangunan-tol-
joglosemar, 2021 [Mar. 1, 2033].
[17] Kompasiana. “Menapaktilasi Jejak Sejarah Wilayah Kotagede yang Terbelah” Internet:
https://www.kompasiana.com/ikromzzzt/60c81703d541df2abc524532/menapaktilasi-jejak- sejarah-wilayah-kotagede-yang-terbelah?page=2&page_images=1, 2021 [Mar. 1, 2033].