PROSES PERWUJUDAN IDENTITAS TEMPAT MELALUI SENI MURAL
Keywords:
Place Identity, Mural ArtAbstract
ABSTRACT
Globalization has diminished local identity to a homogeneous condition. Traditional rural life that used to coexist with nature must face the challenge of modernization to become a city. In the past two decades, several regions in Java have experienced city expansion as an effect of economic activity. Cities do not escape from the formation of segregated pockets of space as a result of the expansion. Traditional settlements that have always existed are now squeezed between commercial area complexes and segregation occurs between cities and urban villages (urban kampongs). As a result there is a huge gap between the condition of the city and the condition of urban villages where the condition of the city is supported by facilities such as clean water, security, environmental cleanliness services, access to technology; however, the opposite condition occurs in urban kampong areas that lack access to all facilities and are increasingly left behind and become slums.
Although urban kampongs are often identified as slums, several urban villages on the island of Java have managed to turn slums into creative spaces, villages decorated with colorful paint and mural paintings emerges rapidly in past five years. The walls which were previously a form of segregation were transformed by residents to become vista of expressions. The presence of urban villages that are decorated with murals adds value to the city and becomes an inseparable part of the city's identity. This study discusses the process of mural art in transforming a place into creative spaces and how the local culture can emerge as a cultural strategy in interpreting the past, present and future in the context of the identity of a place
.
Keywords: Local Culture, Mural Art, Place Identity.
ABSTRAK
Globalisasi telah banyak mereduksi identitas lokal yang khas ke dalam kondisi homogen. Kehidupan tradisional pedesaan yang dulu berdampingan dengan alam, harus berhadapan dengan tantangan modernisasi untuk menjadi sebuah kota. Dua dasawarsa ini beberapa wilayah di pulau Jawa mengalami proses pemekaran kota sebagai efek dari ekspansi kegiatan ekonomi. Ruang-ruang di kota tidak luput dari terbentuknya kantong-kantong ruang yang tersegregasi sebagai akibat dari pemekaran kota. Pemukiman yang sejak dulu ada, kini terhimpit di antara kompleks-kompleks area komersil dan akhirnya terjadi segregasi atara kota dan kampung kota (urban village). Sebagai akibatnya ada kesenjangan antara kondisi kota dengan kondisi kampung kota di mana kondisi kota didukung dengan fasilitas yang lengkap dari air bersih, keamanan, kebersihan lingkungan, akses pada teknologi; namun kondisi sebaliknya terjadi di kawasan kampung kota yang minim akses kepada segala fasilitas-fasilitas dan semakin tertinggal dan menjadi kawasan kumuh.
Walapun kampung kota sering diidentifikasi sebagai ruang kumuh, beberapa kampung kota di pulau Jawa telah berhasil mengubah ruang kumuh menjadi ruang kreatif, kampung dihiasi dengan cat warna-warni dan lukisan mural. Tembok-tembok yang sebelumnya merupakan wujud segregasi, diubah oleh warga menjadi vista ekspresi. Kehadiran kampung kota yang dihiasi dengan mural menambah nilai bagi kota dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan sebagai identitas kota. Penelitian ini membahas proses seni mural dalam mengubah suatu tempat menjadi ruang-ruang kreatif dan bagaimana budaya lokal yang dihayati dapat muncul sebagai strategi kebudayaan dalam memaknai masa lalu, masa kini dan masa depan dalam konteks identitas suatu kawasan.
Kata kunci: Budaya Lokal, Seni Mural, Identitas Tempat.
Downloads
References
Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya (2001) Wacana Transformasi Budaya, Bandung: Penerbit ITB.
Ajip Rosidi. (2011). Kearifan Lokal. Bandung: Penerbit PT. Kiblat Buku Utama
Bernardus Andang Prasetya Adiwibawa (2017). Kampung Pelangi: The Reflection of National Value. International Conference on Arts and Culture 2017.
Bagong Suyanto dan Sutinah (2011). Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Cher Krause Knight dan Harriet F. Senie (2016) A Companion to Public Art, Wiley Blackwell.
Hague, C. and Jenkins, P. (2005). Place identity, planning and participation, London ; New York : Routledge, 2005.
Jessica Evans dan Stuart Hall (1999) “What is visual culture?” Visual Culture: The Reader, London: Sage Publication.
Nabeel Hamdi. (2004) Small Change About the Art of Practice And the Limits of Planning in the Cities, London: Earthscan.
R. Keith Sawyer (2005) Social Emergence Societies as Complex Systems, New York : Cambridge University Press.
Ratih Dian Saraswati dan MD. Nestri Kiswari (2017). Kajian Estetika Lingkungan Kampung Pelangi Studi Kasus: Jalan Lingkungan Kampung Pelangi Gg. VI, Prosiding Seminar Nasional Arsitektur Populis 2017.
Sari Wahyuni (2012) Qualitative Research Theory and Practice, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Sumintarsih (2014). Dinamika Kampung Kota. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Syamsul Barry (2008) Jalan Seni Jalanan Yogyakarta, Yogyakarta: Penerbit Studium.